Rabu, 08 Februari 2012

MENANTI LEMBUT-NYA SALAM


Sepertinya mentariku
Murung dalam fitrahnya
Pada petang
Hingga jingga redup
Terbungkus halimun
Keindahan lembayung
Tiada jua menampakan senyum
Pun arakan camar
Bagai melayat kematian
Aksara hitam dan pekat
Senja berkabung

Calar rindu
Tiada terisyarahkan
Dalam desiran bayu
Dingin dan mengiggil
Bibir berkata runyam
Riak gelombang
Saling berderak
Menghantam dinding karang
Seakan dia putus rasa dalam anjuan
Ianya pun tak bertepi
Menyapa buih dihilir penantian
Sampah tetaplah kotoran
Terdampar terombang ambing
 Dalam kerancuan

Adakah mungkin hari
Yang bisa kutunggu
Menanti lembutnya salam
Ataukah memang
Warna pelangi itu
Telah pudar terguyur hujan

Apa yang harus kukatakan
Pada wahai mentariku
Aku tahu dirimu kecewa
Pada ranah senja
Awan putih yang kau harap
Dari do'a namun ternyata
Hujan membungkus jingga

Maafkan...
Akulah hati sang rantau
Jika hadirku diranahmu
Tiada berkesan
Biarlah kukan kembali lagi
Kedusun kecil yang sunyi
Bukanku menghitamkan senjamu
Namun apalah daya
Semua harus tersandung dilema

Tidak ada komentar:

Posting Komentar