Arakan awan tertelan
Riuh udara berjumpalitan
Di antara pekat malam
Jerit kerumunan camar hitam
Di pundak rerumput lebam,
Menjelma buih-buih doa
Mengambang
Di permukaan kitab
Gelombang samudera
Lembah hutan gunung tanah
Menyaksikan kelahiran
Ribuan anak-anak hujan
Pecah menjadi
ribuan sayap beterbangan
Menancap di dada air
Menyesap nafasmu
Dalam gemuruh zikir
Membawamu tenggelam bersujud
Di hamparan sajadah pasir
Di laut,
Gelombang maut
Seperti mengintip
Dari balik tabir
Namun langit
Dengan lapang melepasmu
Hingga lewat terjauh
Kau memulang takdir
Di lembah
Tangan-tangan kabut
Tengadah menyambutmu
Dengan kerinduan membungah
Di hutan
Mata-mata daun membasah
Meluruh pada batang-cabang
Membasuh mimpi-mimpi luka
Buah mematangkan
Kidung-kidung nubuwah
Di gunung
Kau pisahkan antara debu-debu
Dan nafsu-nafsu
Yang kukuh mewaktu
Dalam doa-doa
Hening semedi para batu
Pada tanah
Butir-butirmu mengecambah
Menjadi tunas-tunas bermadah
Sempurna serupa cinta
Memaut rindu mewujud ungu
Ungu yang terus menggenang
Menjelma ribuan kembang
Menaburi duka-duka yang mulai lapang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar