Mengapa kau berikan aku
Sebuah undangan
Yang berbinkis kado hitam
Pitamu selalu melipat
kotak angan-anganku
Hitam melingkar
Dalam penerimaan
Sejauh mana aku berlari
Nyatamu membuntuti
Dalam bayang hitam
Rembulan
Kenapa dirimu
Selalu membayangi ruangku
Hingga akhirnya
Aku berlari menghampiri
Jendela yang berteralis duri
Sadarku hanyalah
Buah khayal yang mengundang
Kuraba hati anyir meleleh
Dari lubang pesakitan
kembali lagi sukma tersentuh
Dalam isak kepiluan
Wahai rembulan
Segeralah berlalu
Dari langit hatiku
Kutak mau hadirmu
Selalu membayangi
Petapaan sunyiku
Karena bagiku
Itu adalah rana bumiku
Aku tahu hadirmu
Untuk mengganti
Sabit yang telah berlalu
Tapi kenyataannya biasmu
Hanya menjadi lara
Dihati altar bumiku
Pergilah
Biarkan kutetap sendiri
Dilembah sunyi
Dan biarkan semuanya
Kujadikan kenangan
Hingga di akhir nanti
Maafkan
Jika rembulanmu kutepis
dengan aksara sunyi
Bagiku itu adalah duri
Yang menusuk dihati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar