Langit mengerang menderas hujan air mata
Tak mereda hingga mendekati batas malam
Burung malam memekik lirih di kejauhan
Berharap sang putra malam datang bertandang
Aku terdiam mencari seberkas cahaya gumintang
Hingga nanar mataku menyusuri lengang jalanan
Yang kutemu hanya bias kemilau kunang~kunang
Terdiam merepih di sela rimbun dedaunan
Bungaku luruh rebah membasah di pelataran
Kupungut kusimpan dalam hangat genggaman
Agar tak layu sia-sia didera kegelisahan
Bagai kelopak bunga rasaku yang mulai berguguran
Diterpa dingin butir-butir embun yang menghambur
Melalui kibasan deru bayu keangkuhanmu
Hingga sendiriku kian terhanyut di arus kesunyian
Menyusuri sepanjang tepian batas penantian
Berharap disana secarik jawaban darimu tersimpan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar